Manusia dan dunia yang dibayangkan setelah pandemi

Oleh : Teuku Muhammad Jafar Sulaiman

Dulu, manusia tidak mengenal yang namanya cuci tangan sebelum makan. Manusia, terutama di Eropa baru mengenal cuci tangan sebelum makan ketika pandemi melanda mereka. Paska itu, cuci tangan menjadi protokol kebiasaan dalam keseharian manusia. Manusia hidup memang melampaui kisah yang tidak biasa, lalu kemudian menjadi sesuatu yang biasa. Tomat, yang hari ini begitu disukai manusia sebagai pelengkap masakan,  dulu adalah buah yang begitu ditakuti di Eropa selama hampir 200 tahun karena dianggap beracun. Pada akhir abad ke-19 buah ini menyebabkan rasa sakit bahkan kematian khususnya untuk masyarakat menengah ke atas . Buah tomat bahkan juga mendapat julukan sebagai Apel Beracun.
Ternyata penyebabnya cukup unik, tomat bisa beracun pada saat itu disebabkan orang-orang Eropa yang selalu menggunakan piring pewter yang terbuat dari campuran timah. Karena Tomat mengandung kadar asam alami yang tinggi, saat disajikan di atas piring timah, buah ini akan larut dalam timbal. Akibatnya, orang yang menkonsumsinya bisa keracunan timbal. 

Sumber : Google
Sumber : Google 

Rupanya, cerita mengenai tomat sebagai buah beracun tidak sampai Eropa saja. Sebelum tomat mulai masuk ke Amerika Utara, buah ini bahkan disebut sebagai spesies tanaman berbunga yang mematikan.Tomat kemudiam baru mendapat kepercayaan dari orang banyak pada tahun 1880 saat tercipta hidangan pizza di Naples. Setelah kemunculan pizza, buah ini langsung populer di Eropa dan Amerika Utara.

Manusia, dalam suasana dan konteks yamg berbeda, terus mengalami perulangan demi perulangan dalam hidupnya, seperti cerita tomat tadi dan cerita tentang cuci tangan. Namun, kita semua juga tahu, ketika kekuasaan selalu mengkampanyekan cuci, maka wajar adanya, karena kekuasaanlah yang paling sering cuci tangan dengan segala kekuasaannya. 

Saat ini, manusia hidup dalam pandemi, lalu manusia kembali mengadaptasi isolasi mandiri, kembali lagi, tidak ada yang benar - benar baru. Dalam sejarah manusia terdahulu, orang - orang sakit parah, dan juga orang - orang gila diasingkan kedalam sebuah kapal. Kegilaan, menurut Michel Foucault, merupakan gejala yang dibentuk oleh kelompok elite di suatu masyarakat. Kelompok elite ini menggunakan kategori “gila” sebagai senjata untuk menyingkirkan pihak-pihak yang tidak dikehendaki oleh mereka. Ketika seseorang dikatakan “gila” maka ia akan disingkirkan dari masyarakat umum. Ditempat kita, terkait pandemi ini,  kita tidak tahu bagaimana cara kerja kekuasaan di level provinsi sampai pusat dimasa , semuanya misteri. 

Manusia kemudian juga mengenal kata "new normal", kata ini dipahami secara berbeda - bedan, ada yang mendefinisikan dengan "tata kehidupan baru", "adaptasi kebiasaan baru", dua definisi ini dan juga berbagai definisi lainnya sama bermasalahnya, sejatinya tidak ada yang baru atau tata kehidupan baru bagi manusia, kecuali ketika kuasa kapital atau kuasa kekuasaan mengoperasionalisasikan kekuasaannya untuk kepatuhan manusia. 

Istilah new normal , bukanlah sebuah kata tiba-tiba, atau sebuah wahyu dari Tuhan, new normal adalah kerja kapital. Frasa ini “diadopsi” dunia kesehatan dari sektor ekonomi. Pada 30 April 2003, sebuah majalah bernama Fast Company memuat artikel berjudul “The New Normal” karya Polly LaBarre. Artikel tersebut berisi ulasan LaBarre mengenai gagasan seorang investor bidang teknologi bernama Roger McNamee.

Dalam konteks ini, new normal diartikan sebagai bisnis dan pengelolaan keuangan “gaya baru”. Hal ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, di mana penggunan internet untuk bisnis semakin marak dibanding sebelumnya.  Istilah new normal dikenal secara luas baru pada tahun 2008 setelah muncul dalam artikel berjudul “Post-Subprime Economy Means Subpar Growth as New Normal is U.S.” karya Rich Miller dan Matthew Benjamin yang kemudian muncul di Bloomberg pada 18 Mei 2008. Krisis keuangan tahun 2007 memicu pelaku sektor ekonomi industri untuk mencari “cara baru” agar dapat terus bertahan. Hal inilah yang dimaksud dengan new normal pada saat itu.

Selain di dunia ekonomi, frasa ini juga pernah “diadopsi” sektor lingkungan hidup. Pada 29 Januari 2009, media daring bernama Philadelphia City paper memuat artikel berjudul “Prepare for The Best” yang ditulis oleh Paul Glover. Oleh Paul, new normal dimaknai sebagai panduan “hidup baru“ bagi warga Kota Philadelphia di masa depan ketika dunia sangat peduli terhadap isu lingkungan hidup akibat pemanasan global.

Setahun kemudian istilah ini kembali ke asalnya yakni bidang ekonomi. Ketua Pacific Investment Management Co. (PIMCO) Mohamed A El-Erian menyampaikan kuliah umum berjudul “Navigating the New Normal in Industrial Countries” pada 10 Oktober 2010. PIMCO merupakan sebuah firma yang bergerak di bidang manajemen investasi global yang berbasis di AS. Kuliah El-Erian yang disiarkan daring ke seluruh dunia itu menggunakan pengertian new normal versi Rich Miller dan Matthew Benjamin.

Sejak saat itu, frasa tersebut digunakan dalam pemberitaan oleh media-media besar seperti ABC News, BBC News, The New York Times, dan lain sebagainya dalam konteks ekonomi. Pada acara Debat Calon Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 2012 antara Barack Obama dan Mitt Romney, new normal dijadikan salah satu “amunisi” debat prihal kebijakan ekonomi AS.

Lalu bagaimana kehidupan setelah pandemi, atau dunia yang dibayangkan setelah pandemi ?. 
Persis, ketika virus Mers dan Sars menyerang manusia, ketika itu manusia memprediksi bahwa paska pandemi, manusia akan hidup dengan kebiasaan - kebiasaan baru dan masa yang diprediksi ini adalah masa sebelum kita mengalami pandemi covid, artinya, tidak ada kehidupan baru, semuanya normal saja, artinya, bisa saja paska ini, kita hidup normal lagi seperti yang biasa dilakukan, bahkan manusiapun melakukannya lebih cepat bahkan sebelum kekuasaan mengumumkannya.

kita juga tahu kisah manusia yang begitu merasa majunya dengan finger print, manusia membuang jauh- jauh absensi manual, namun lihatlah kini, finger print tidak boleh ada lagi, sehingga bergembiralah para ASN yang begitu tersanderanya dengan finger print. Manusia juga membangun ruangan - ruangan yang begitu besar, namun ruangan itu harus kosong, tidak boleh ada manusia. 

Manusia juga pernah begitu sombong dan angkuhnya dengan ibadah - ibadah fisik dan ritual - ritual fisik , namun, semua itu rapuh dan temporal. Shalat jumat yang wajibpun, bisa digantikan dengan shalat zuhur,  shalatpun harus berjarak, semua yang dibangga - banggakan manusia itu sirna. Apakah Tuhan tidak berkuasa ?, tidak, Tuhan justru sudah sangat bosan dengan manusia, sehingga dibiarkan begitu saja, manusia begitu sibuk ritual, sehingga melupakan Tuhan, lalu Tuhanpun melupakan manusia. 

Mengapa semua ini bisa terjadi ?, semua adalah karena kehidupan mengajarkan perubahan- perubahan dan hanya spirual yang mengajarkan ketetapan. Ritual agama akan mengalami perubahan - perubahan, karena agama itu bukan Tuhan dan bukan spiritulitas, dia hanya aturan - aturan. 

Akhirnya, tidak ada yang benar - benar baru bagi manusia, kecuali terus terasing dari keaslian hidupnya, yang akan benar - benar baru bagi manusia adalah manusia akan berjumpa Tuhan didunia, sebelum dialkhirat, inilah yang revolusioner bagi manusia, karena ini mematahkan kebohongan ribuan tahun. 



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :