Shalatnya kaum yang tidak Menyembah Tuhan

Teuku Muhammad Jafar Sulaiman, MA 

Cinta manusia kepada manusia terkadang membuat manusia gila, logika mati dan akal lumpuh, dia fana, fana dalam kegilaan. Hanya cinta manusia kepada Tuhan, yang membuat manusia gila namun tetap normal, dia mabuk, dia fana dan baqa dalam Cinta, bukan fana dan baqa dalam gila.
Qais dan Laila (Laila Majnun) adalah sebuah kisah "Cinta Gila" yang sangat baik. Dalam cinta kedua insan ini, mereka berpesan kepada manusia : " jika kalian mencintai Tuhan, maka cintailah DIA, seperti cinta kami berdua".

Suatu hari, Qais ditanya oleh orang-orang yang sangat penasaran : " Qais, kau begitu tergila - gila kepada Laila, seperti apa sebenarnya Laila dimatamu?".
Qais menjawab : " sebutit debu yang ada diujung sepatu Laila, lebih baik itu daripada seluruh dunia dan isinya".


Laila menghadiahkan seekor anjing kepada Qais, anjing itu kudisan dan kurapan, tetapi karena itu adalah pemberian kekasihnya, qais begitu menjaga anjing itu. Suatu hari qais kehilangan anjing tersebut, Qais yang majnun berkelana ke sana kemari mencari anjing yang dihadiahkan oleh Laila. Orang bertanya, “Masih kaucari anjing penyakitan itu?”. Qais menjawab, “Apapun yang datang dari kekasih, pastilah indah.” Qais tidak melihat anjingnya, yang Qais lihat siapa yang memberikannya.

Qais terus berlarian mencari anjing yang menghilang itu, suatu ketika dia melihat anjing itu berlari kearah jamaah yang sedang shalat dan Qais melewati sekelompok jamaah yang sedang shalat dan tanpa sadar ia terus berjalan di hadapan mereka. Beberapa orang dengan sigap menyilangkan tangannya. Qais berhenti. 

Seseorang kemudian dengan keras membentak Qais : "Hei Qais yang majnun, kau sudah gila, melewati orang yang sedang shalat".
 "Maaf aku tidak melihat kalian karna aku sedang mengejar anjing milik kekasihku, tapi menurutku kau yang gila". kata Qais.
 "Kenapa kau balik menuduhku gila? jelas kau yang gila berlari di depan orang yang shalat''. kata orang tersebut.
"Karena aku yang akan berhadapan dengan kekasihku sampai tidak melihat kalian yang sedang shalat, sedangkan kalian yang sedang berhadapan dengan Tuhan masih saja sempat melihatku yang sedang berlari di depan kalian". 

Qais sebenarnya ingin berkata : " Sebenarnya siapa yang kalian sembah dalam shalat kalian ?, kalau kalian benar-benar menyembah Tuhan dalam shalat kalian, kalian tidak akan mungkin memperhatikan aku, karena kalian pasti tidak akan berani sedetikpun memalingkan mata dan wajah kalian dari Tuhan. 

Begitulah shalatnya orang syariat, shalat yang belum berjumpa Tuhan, jangankan ruh mereka, fisik merekapun tidak ikut shalat, sehingga shalat mereka tidak akan pernah bisa untuk memuja Tuhan, tetapi hanya bisa dipakai untuk melihat sesuatu yang tidak baik menurut mereka, shalat hanya digunakan untuk melihat kejelekan - kejelekan manusia, ketika shalat, yang mereka ingat dan mereka pikirkan adalah : " mengapa orang lain tidak shalat, mengapa manusia lain tidak ke masjid, mengapa manusia lain tidak berjamaah, sehingga output ibadahnya hanyalah input kejelekan - kejelekan. 

Apapun yang iingat manusia ketika shalatnya, maka itulah Tuhannya, jika dalam shalat dia teringat kekayaannya, maka yang hadir dalam shalatnya adalah kekayaannya, maka kekayaan itulah yang menjadi Tuhannya. Shalat seperti ini bukanlah shalat dalam ketenangan perjumpaan dengan Tuhan, bukanlah shalat sebagai dialog yang mesra dengan Tuhan, ruhnya tidak pernah bertemu Tuhan, sehingga tidak akan pernah mi'raj.

Ketika manusia dalam shalatnya masih ingat sesuatu urusan dunianya, maka dia tidak sedang shalat tetapi hanya sedang berdiri dan rukuk sujud - rukuk sujud saja. Shalat sebenarnya adalah dia tidak ingat apapun, kecuali Tuhan. Dalam shalat dia lalai dalam urusan dunianya, tidak lalai bersama Tuhan, karena sebaik-baiknya lalai adalah lalai bersama Tuhan.





  
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :