HIDUP TERLALU SINGKAT UNTUK BERDEBAT

 

T. Muhammaf Jafar Sulaiman

 

Alamiahnya manusia, hadir kedunia bukanlah untuk mencari - cari kesalahan atau keburukan orang lain, tetapi untuk terus menyebar kebaikan, menebar kedamaian sehingga bisa menjadi rahmatan lil'alamin. Karena manusia berasal dari Allah, maka tugas utamanya bukan mencari kesalahan orang lain, tetapi untuk menyembah Allah, sedangkan mencari - cari keburukan, mencari - cari kesalahan, menjerumuskan manusia pada segala kesalahan dan segala keburukan adalah Tugas utama Jin, Syaithan dan Iblis.

 

Gemar dan suka mencari - cari kesalahan orang lain adalah sifat yang sangat merusak bagi relasi antar manusia, memutus silaturahmi dan menciptakan konflik bagi manusia, sedangkan menebar kedamaian akan semakin memperkuat dan memperindah relasi antar manusia, memperat ukhuwah dan menjaga kedamaian antar manusia. Menjaga ukhuwah adalah level tertinggi dalam Islam.

 

Jumat tadi, khatib dengan sederhana menyampaikan pesan yang menggetarkan dari mimbar yang lumayan tinggi di Masjid Raya Baiturrahman "Wala Tajassasu, jangan mencari - cari kesalahan orang lain, itu adalah praktek yang sangat bertentangan dengan syariat Islam", demikian kurang lebih pesannya.

 

"Jangan mencari - cari kesalahan orang lain" adalah pesan yang sangat sederhana, namun sendi - sendi kehidupan kita dipenuhi dengan kumpulan manusia - manusia seperti ini, bahkan sampai melembaga dalam kehidupan kita di Aceh. Sebuah keburukan, sebuah kesalahan tidak perlu dicari - cari, karena jika dia suayu kesalahan, suatu keburukan dan itu bukan sesuatu yang ",haq"(benar), maka akan lenyap dan akan runtuh sendiri, tanpa perlu dikuliti lagi. Ini adalah sunnatullah, hukum Tuhan, yang sering sekali dilanggar oleh manusia, dengan dalih agama, dengan dalih menegakkan syariat, sekelompok manusia - manusia itu bekerja menentang hukum Tuhan tersebut dengan sengaja mencari - cari kesalahan bahkan untuk dipermalukan dihadapan publik, sebuah praktek kehidupan manusia yang sangat jauh dari keadaban. Praktek ini bahkan dilakukan oleh lembaga - lembaga keagamaan tertentu.

 

Sekelompok manusia - manusia tersebut akan mendapatkan musibah dan kerusakan yang sangat besar dalam seluruh kehidupannya adalah ketika dengan segala cara mencari - cari kesalahan dan keburukan dari sebuah "kebenaran". Kebenaran yang mutlak dan absolut adalah dari Tuhan dan itu adalah Tuhan itu sendiri, jadi ketika sekelompok manusia - manusia mencari-cari kesalahan dari sebuah kebenaran, maka sama dengan mencari - cari kesalahan dari kebenaran yang sudah absolut kepunyaan Tuhan, maka bisa dibayangkan jika sekelompok manusia bahkan menggunakan legitimasi lembaga terus mengejar ini, maka mereka pasti akan ditimpa berbagai kesialan 7 lapis keatas dan 7 lapis kebawah, ini adalah hukum pasti, jika ini bukan sebuah hukum pasti maka tidak akan dicatat dalam Al Quran.

 

Manusia memang harus terus belajar menjadi paripurna, agar terhindar dari sifat merusak, dan suka mencari - cari kesalahan orang lain dan jalan utama dari ini adalah belajar tasawuf yang prakteknya adalah Tarekat, mendekatkan diri kepada Allah, menjadi hamba Allah. 

Para Sufi mempraktekkan ini bukan untuk supaya dikatakan benar oleh yang lain, tetapi hanya untuk menjadi hambanya Allah, mereka tidak peduli lagi mau dikatakan benar atau tidak benar oleh manusia yang belum sampai kepada Tuhan, karena mereka telah bersama Tuhan.


Source : Google

Kerja utama para Sufi adalah "Inner Journey", melakukan perjalanan kedalam dirinya, perjalanan kedalam batinnya, memperbaiki didalam dirinya, menghilangkan setan yang ada dalam dirinya, sehingga tidak fokus pada yang diluar dirinya yaitu mencari - cari kesalahan orang lain, mencari - cari keburukan orang lain, siapa yang tidak shalat, siapa yang tidak puasa, siapa yang paling tidak Islami. Ibarat sebuah senter, maka yang disenter para Sufi adalah kedalam dirinya, senter itu tidak diarahkan untuk melihat keburukan orang lain. Mereka lalai bersama Tuhan, lalai bersama Tuhan lebih asyik daripada lalai kepada aktifitas mencari - cari kesalahan yang lain. 

 

Sedangkan level syariat yang dipraktekkan manusia - manusia ditempat kita adalah level yang eksistensinya adalah untuk mendapatkan pengakuan, level untuk diakui sebagai yang benar, sehingga agar dia nampak benar dan satu - satunya yang benar, maka dia harus menyalahkan yang lain, jika belum ada yang harus disalahkan maka golongan ini kerjanya akan terus mencari kesalahan - kesalahan yang lain, karena jika belum ada yang disalahkan maka mereka seperti tidak eksis.

 

Spirit syariat yang murni, tentu tidak seperti ini. Syariat dihadapan Allah tentu berbeda dengan syariat dihadapan manusia, sudah tidak murni lagi, sudah diintervensi dengan proses-proses politik yang transaksional. Problemnya adalah spirit Syariat yang murni dari Allah ini, kuncinya ada pada belajar Tarekat, manusia akan paham hakikat dari syariat ketika telah belajar Tarekat, mau tidak mau, suka atau tidak suka, begitulah tahapan perjalanannya. Maka, wajar saja jika kondisi kita masih terus seperti ini, karena tidak mau beranjak dan tidak mau melangkah ke tahap berikutnya.Berjumpa Allah terlebih dahulu, maka akan paham hakikat syariat itu seperti apa. Berjumpa Allah ini adalah pelajaran Tarekat, bukan pelajaran syariat.

 

Jadi, Ketika manusia terus berada dan belajar di level syariat, tanpa mau beranjak ke tahap berikutnya yaitu Tarekat, maka manusia tidak akan terhindar dari perilaku buruk yang suka mencari - cari kesalahan orang lain, dia akan terus lalai bersama itu, karena tidak pernah mengalami bagaimana lalal bersama Allah.

 

Hidup memang terlalu singkat untuk berdebat, manusia mati juga tidak menunggu sempat bertaubat atau tidak bertaubat, namun kesempatan dan waktu memang selalu dekat dengan kita, sebelum terlambat, maka tempuhlah jalan Tarekat yang disana ada Wali Allah, ada Auliya Allah yang bisa mengobati segala kekotoran hati manusia, yang mengajarkan dengan murni cara manusia selamat dunia dan akhirat karena inti dari Islam itu adalah jaminan keselamatan dunia dan akhirat.

 

Dalam kehidupan manusia yang sangat modern ini, Wali Allah, Auliya Allah itu ada, ini adalah rahasia terbesar Allah kepada manusia didunia ini. Jika manusia ingin mendapatkan rahasia terbesar Allah Swt, berjumpalah dengan Wali Allah.

 

Mau selamat dunia dan akhirat ?, ikutilah jalan Auliya Allah.

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :